Dalam suatu kesempatan di sebuah majelis. Nabi Muhammad Saw bertanya kepada para sahabat dengan pertanyaan yang sangat menarik.
“Apakah kalian ingin tahu calon penghuni surga?,” tanya beliau.
Betul, ya Rasulullah, kami ingin mengetahuinya, jawab mereka.
Sebentar lagi orangnya datang kemari, kata Nabi.
Tidak lama berselang, datang seseorang dengan wajah basah karena air wudlu. Setelah mengucapkan salam, tamu tadi langsung duduk. Tidak ada keistimewaan yang dilakukan. Dia pun lantas keluar dari majelis, pulang.
Betul, ya Rasulullah, kami ingin mengetahuinya, jawab mereka.
Sebentar lagi orangnya datang kemari, kata Nabi.
Tidak lama berselang, datang seseorang dengan wajah basah karena air wudlu. Setelah mengucapkan salam, tamu tadi langsung duduk. Tidak ada keistimewaan yang dilakukan. Dia pun lantas keluar dari majelis, pulang.
![]() |
Sifat sopan menunjukkan kebersihan jiwa (sumber gambar: 4.bp.blogspot.com) |
Esok harinya, pertanyaan serupa disampaikan lagi oleh Nabi Saw. Sahabat pun menjawab dengan kalimat yang sama. Ternyata, orang yang datang tetap masih yang kemarin. Begitu kejadian tersebut berturut-turut sampai tiga hari.
Akhirnya, para sahabat pun semakin penasaran. Ketika tamu tadi hendak pulang, ada diantara sahabat yang mengikutinya. Sesampai di rumah orang tersebut, sahabat Nabi yang membuntuti menjelaskan – pura-pura – kalau dirinya baru bertengkar dengan ayahnya sehingga tidak berani pulang.
“Bolehkah saya bermalam di rumah ini untuk beberapa waktu?” Tuan rumah tadi tidak keberatan dan mempersilahkan bermalam.
Sehari dua hari, bahkan tiga hari dia selalui mengintip apa yang selalu
dilakukan orang yang kata Nabi
saw sebagai calon ahli surga tadi. Aneh, tidak ada yang
istimewa. Karena merasa cukup, tamu tadi pamit pulang.
Sebelum pamit, memberanikan diri bertanya kepada tuan rumah.
“Tuan, amaliah apa yang biasa Anda lakukan
sehingga Nabi menyebut Anda sebagai calon penghuni surga ?”
Tidak ada, Biasa saja, seperti yang tuan lihat sendiri selama tiga hari di sini, begitu antara lain jawabannya.
Kalau begitu saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf. Terima kasih karena
Tuan sudah menerima saya bermalam di sini. Dan mohon maaf karena saya berbohong
kepada Tuan. Sebenarnya saya tidak bertengkar dengan ayah.
Lantas?
Iya, saya hanya ingin bermalam di sini. Yang saya katakan bertengkar cuma
alasan saja. Tujuan saya ingin melihat seperti apa kebiasaan Tuan sehingga Nabi
begitu mengistiwakan Anda.
Setelah dialog selesai, dan tamunya pamit pulang, tuan rumah tadi
mengatakan.
“Saya tidak punya amaliah istimewa, yang selalu saya
jaga adalah, tidak pernah punya sikap dengki pada orang lain. Itu saja. “
Jadi sifat itu yang Tuan jaga?
“Betul.”
Setelah mengetahui bahwa calon penghuni sorga tidak punya dengki pada orang lain, maka puas lah dia atas jawaban tersebut.
Baik, Tuan saya sangat berterima kasih, saya pamit
pulang. Dan dia pun segera melangkahkan
kaki pulang. Sifat keluarga yang
demikian inilah yang harus kita bangun di rumah kita masing-masing. Yaitu jauh
dari perasaan dengki kepada orang lain.***
0 komentar:
Posting Komentar