Husnul Khotimah |
Kata husnul khotimah, sering
kita dengar. Iya, sering kita dengar. Bahkan kata tersebut sudah menjadi
bahasa Indonesia. Arti kata ini adalah, ‘akhir yang baik’. Kalau
dikaitkan dengan kehidupan, maka bermakna akhir hidup yang baik.
Jujur saja, semua orang
ingin mengkahiri hidupnya husnul khotimah.
Sebab dalam pandangan agama, orang yanag “menutup” kehidupan dengan baik,
tanda dia akan mendapat “penghormatan” luar biasa di alam abadi. Tetapi tidak
setiap orang dapat menggapainya. Tergantung perilaku
kesehariannya.
Hidup ini berada di salah
satu maqom jiwa: kafir atau muslim, taat
atau mursal, baik atau jahat, dermawan atau pelit, menjadi temannya malaikat
atau temannya syetan, sorga atau neraka. Itu saja.
Kebiasaan seseorang akan
tampak jelas. Orang awam bisa melihat seperti apa sifat oranag
lain.
Meski ditutupi baju dinas, status, jabatan, atau tutup yang lain, perilaku seseorang tetap
saja kelihatan.
Apalagi kalau menggunakan
kacamata batin, perilaku seseorang bisa diterawang. Akan tampak Si Fulan
orangnya baik atau tidak, tekun ibadah atau hanya dikala ingat saja, suka mabuk atau stiril minuman haram.
Semua itu jelas tampak jelas. Sebaik-baik membungkus terasi baunya akan tercium juga.
Itu baru di mata sesama.
Bagaimana halnya dengan ‘kacamata’ Tuhan. Jelas, tidak ada yang luput dari
pantauanNya. Dua petugas piket abadi: Atib dan Roqib selalu mengikuti
gerak-gerik kita. Keduanya mencatat amal baik dan buruk secara teliti, tidak
pernah capek, dan tidak pernah salah.
Maka, begitu hati seseorang
bergerak untuk melakukan kebaikan, --seperti dijelaskan dalam hadits
qudsi—dicatat satu pahala. Setelah melakukan kebaikan, dicatat 10 pahala.
Tetapi kalau dalam hati muncul keinginan untuk melakukan perbuatan dosa –inilah
kasih sayang Tuhan—dibiarkan dulu, baru setelah diwujudkan baginya dicatat satu
dosa.
Tetapi, Tuhan tidak pernah
memaksakan kehendak-Nya. Setiap hamba dipersilahkan melakukan apa saja semau
hatinya asal nanti mau menanggung segala risikonya. Silahkan anda melakukan
maksiat sekuat tenaga tetapi besok kan ada balasannya.
Allah tidak akan mencegah
hamba menenggak minuman memabukkan meski dilakukan setiap hari, tiap jam, tidak
menit, silahkan. Tetapi, ingat semua itu akan menuju kerusakan diri, rontoknya
citra kepribadian, dan di mata orang lain tidak akan memiliki arti apa-apa.
Kalau ada orang lain yang mau bergaul itu tidak lebih dari basa-basi saja. Atau
yang mau bergaul dengan mereka adalah yang sehaluan.
Orang yang dekat pada Tuhan,
akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Langkahnya akan mantap, sepak
terjangnya terencana dengan baik, dan tidak ada keraguan sedikitpun menghadapi
orang. Bicaranya fasih sebab tidak ada kendala psikologis. Ia memiliki
ketajaman ruhani, dan berani menanggung resiko.
Kembali kepada kata husnul khotimah, memiliki kepribadian
utuh. Hidupnya teratur, dan segala aktivitasnya sebagai wujud dari
ketundukannya pada Tuhan. Sebab, orang yang mengarah pada husnul khotimah menyadari sepenuhnya bahwa setiap tindakannya
dinilai sebagai ibadah. . Yuk kita melangkah menuju husnul khotmah...(*)
0 komentar:
Posting Komentar