Dari berbagai referensi
diketahui, orang sakit jiwa itu tidak merasa kalau dirinya “sakit”. Mereka
menganggap orang normal seperti kita ini justru yang “aneh” karena tidak sama dengan
dirinya.
![]() |
(Sumber gambar temonsoejadi.files.wordpress.com) |
Orang sakit ruhani tidak
merasakan kalau dirinya sakit. Itu sebabnya, sering kita juga tidak tahu kalau
seseorang sedang mengalami gangguan jiwa. Misalnya, ibadahnya kendor, enggan
beramal, suka iri, suka dengki, dan gejala lain.
Orang sakit ruhani,
penampilannya sering berpura-pura. Dia tahu ibadahnya tidak maksimal,
tetapi tenang-tenang saja. Tahu dzikirnya tidak serius tetapi enggan
menyempurnakan. Jaraknya dengan Allah jauh, tetapi tidak risau.
Biasanya orang berpura-pura
sakit itu susah diperbaiki. Sama dengan membangunkan orang yang
pura-pura tidur itu lebih sulit daripada membangunkan orang yang tidur
lelap. Allah dalam surat Al-Hasyr 19 mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi seperti orang yang lupa Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang
fasik.”
Di tengah masyarakat banyak orang pura-pura. Sikap seperti itu sering
kita jumpai. Orang yang demikian itu hatinya tumpul, tidak memiliki ketajaman.
Dirinya selalu merasa hebat, sedang orang lain dipandang sepele. Jiwanya
kerdil. Persis seekor katak yang membusungkan dirinya agar dianggap besar,
padahal meskipun dirinya dibesarkan secara maskimal, tetap saja kecil. Dia itu
pura-pura besar.
Agama melarang kita merasa
hebat dan merasa serba bisa. Orang seperti itu hanya mendapat capek, hidupnya
buang-buang energi.
Ia mudah terusik jiwanya,
begitu jiwanya kena sentuh dia marah berat karena merasa harga dirinya jatuh.
Kewajiban kita adalah
menjaga agar ruhani terpelihara dengan baik. Terlindungi dari ancaman virus,
dan gangguan spiritual. Hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Kasih setiap
hamba bisa selamat dari berbagai guncangan.
Idealnya, kita selalu ingat
kepada Allah. Sebab orang yang hatinya selalu terkait dengan Sang Pencipta,
ruhaninya terjaga. “Perbaharui imanmu,” sabda Nabi saw.
Kita terus menjaga ruhani
agar jangan sampai jatuh, meluncur ke bawah. Jika ingin
selamat pegang teguh tali Allah. Jika ingin selamat perlu doa dan ikhtiar dan
menjaga kontinyu (istiqomah) dan keikhlasan. Amal yang dilakukan dengan tidak
ikhlas seperti buih: besar tetapi tidak berarti. (*)
0 komentar:
Posting Komentar