Tidak
semua orang diberi kemampuan melihat diri sendiri dengan baik. Ada orang yang
mampu melihat orang lain secara cermat, tetapi lemah melihat dirinya sendiri. “Hasibu anfsusakum qobla antuhasabu”.
Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung orang lain, begitulah pesan
Umar Ibnul Khottob RA.
Orang yang pandai melakukan penghitungan terhadap dirinya, akan mengetahui persis ‘potret’ dirinya. Disaat dia merasa hebat, ingat kepada kelemahan yang disandangnya.
Secara informal ada semacam “Litbang” pada diri kita untuk melakukan evaluasi, koreksi, dan melakukan penyempurnaan. Kesempatan yang paling baik melakukan semua itu pada saat hendak tidur, ketika sendirian, ketika sedang sakit, atau disaat apa saja yang memungkinkan melakukan koreksi dengan baik.
Hidup hendaknya memiliki target yang ingin dicapai. Termasuk dalam melakukan penyempurnaan diri. Temuan jujur terhadap diri, tidak cukup jika hanya diketahui dan disesali. Sebab, yang dinamakan tobat adalah, selain menyesali, berupaya meninggalkan perbuatan jeleknya dan berjanji tidak mengulangi.
Koreksi diri, hendaknya dilakukan serius, setiap saat, dan dilakukan dengan jujur. Bagi orang yang tidak serius tidak akan tampak kekurangan dirinya. Dia merasa sudah baik bahkan ada perasaan banyak orang yang kualitasnya di bawah dirinya.
Cara mengetahui potret diri, selain dengan otokritik tadi, ada juga dilakukan dengan cara bertanya kepada orang lain yang dianggap bisa memberikan penilaian jujur, misalnya sahabat terdekat, istri, orang alim, dan sebagainya. Masukan mereka dijadikan pijakan untuk memperbaiki diri agar tidak terlalu dalam masuk jurang kemaksiatan.
Selain dilakukan secara serius, koreksi diri hendaknya dilakukan setiap saat, terutama saat pikiran tenang, saat orang lain terbuai mimpi indah, dan saat alam “tidur” karena capek bekerja sehari. Selain serius, koreksi diri dilakukan secara jujur agar mendapat data akurat dan tidak mengada-ada. Kapan koreksi diri kita lakukan? (*)
0 komentar:
Posting Komentar