Sabtu, 16 Januari 2016




(Sumber gambar:cdn.kisahmuslim.com/wp-content/uploads)
Cacatan sederhana. Ketika menyaksikan manasik haji di kab. Lumajang, Jawa Timur. Suasannya menggetarkan.

Bagi calon jamaah haji --manasik dilakukan secara rutin.Kalimat talbiyah diperdengarkan kepada calon tamu Allah itu. Jiwanya semakin dekat saja dengan masjidil haram, dan ingin segera “bertemu” Allah di tanah suci. Hati bergelora, berkecamuk rasa rindu kepada Sang Khaliq.
 
Tampak ada yang mengusap air mata. Ada yang mengucapkan kalimat Labbaik Allahumma labaik...dengan eskpresi serius. Seolah sudah berada di tanah suci. Tergambar bagaimana bahagianya berada di bumi yang sangat dicintai Allah. 

Setiap hari rukuk, dan sujud bersama orang-orang alim se dunia. Di Mekah dan Madinah, dijumpai hamba dengan ragam warna kulit, bahasa, asal Negara, kultur dan tata cara yang tidak sama. Mereka ingin menghambakan diri yang terbaik dan dalam anggapannya ingin menyampaikan taubat yang maksimal atas dosa yang pernah dilakukan selama hidup.

Dengan hati suci mereka berangkat. Dibuangnya  rasa dengki, benci, ria, sum’ah (ingin tersohor), dan hati tidak ikhlas. Lima macam jenis hati jelek dihindari jauh-jauh, yaitu hati yang berpenyakit, hati yang keras, hati yang membatu, hati yang mati serta hati yang terkunci rapat dari hidayah. 

Semua diasah jauh hari sebelum berangkat. Justru sebaliknya, mereka menjaga hati menjadi hati yang baik, yaitu hati yang menurut al-Qur’an apabila disebut nama Allah, bergetar dan apabila disebut ayat-ayat-Nya, maka bertambah imannya. Itulah kondisi jiwa para jamaah haji sejak manasik dilakukan.

Dengan “bekal” hati seperti itu, maka gelora kerinduannya semakin tidak terbendung. Bertambah dekat hari “H” keberangkatan, semakin tak terbendung kerinduannya kepada Allah. Maka, wajar kalau sebagaian dari mereka ada yang sampai bermimpi dalam tidurnya, mimpi berasa di Mekah, mimpu bertemu Rasul SAW, dan mimpi yang baik lainnya.

Semua jamaah haji bertekad untuk beridah dengan sungguh-sungguh. Mereka terdorong pernyataan Nabi SAW yang mengatakan bahwa shalat di Masjidil Haram mendapat keutamaan 100 ribu kali shalat di masjid lain. 

Sedang shalat di Masjid Nabawi mendapat keutamaan 1000 kali dari masjid di tempat lain, di luar tanah suci. 

Belum lagi, dua kota ini memiliki magnit spiritual yang luar biasa, yaitu tempat-tempat mustajabah bagi  muslim jika berdoa. Di Mekah ada Multazam, Rukun Yamani, Maqom Ibrahim Hijir Ismail, Arofa, dll. Sedang di Madinah ada Raudhoh sebagai tempat yang mustajabah bagi orang yang berdoa.

Maka, selama di tanah suci, setiap jamaah merasa sangat dekat dengan Allah. Mereka tidak punya pikiran kotor. 

Misalnya, ingin mengambil harta orang lain, atau ingin melampiaskan hawa nafsu birahi kepada wanita lain yang bukan muhrimnya. Hatinya tawadhuk, pandangannya merunduk, dan jiwanya selalu terkontrol. Apalagi ada “ketentuan” bahwa seseorang yang memiliki hasrat berbuat negative akan langsung diperingatkan oleh Allah, maka semuanya takut  melanggarnya.

Bagaimana kalau menemukan sesuatu? Biasanya, mereka menyerahkan kepada pihak berwenang, atau membiarkan barang tersebut  berada di tempatnya. Yang sedikit “berani” mengambil barang temuan tersebut tetapi tidak diambil sendiri, melainkan diserahkan kepada pengemis, atau petugas kebersihan (cleaning service) di masjid. 

Dengan demikian, kerindun kepada Allah disertai dengan perilaku yang benar. Alangkah indahnya kalau kebiasaan seperti ini dibawa ke negeri para jamaah, termasuk Indonesia, maka tidak akan terjadi korupsi dan tindakan kriminal lain. (*)

Kamis, 14 Januari 2016





Tidak semua orang diberi kemampuan melihat diri sendiri dengan baik. Ada orang yang mampu melihat orang lain secara cermat, tetapi lemah melihat dirinya sendiri. “Hasibu anfsusakum qobla antuhasabu”. Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung orang lain, begitulah pesan Umar Ibnul Khottob RA.

 


Dari berbagai referensi diketahui, orang sakit jiwa itu tidak merasa kalau dirinya “sakit”. Mereka menganggap orang normal seperti kita ini justru yang “aneh” karena tidak sama dengan dirinya.

Rabu, 13 Januari 2016




Guru... adalah profesi yang mulia. Ada yang berpandangan bahwa “orang tua” itu ada tiga. Pertama, orang  yang melahirkan kita. Yaitu bapak dan ibukita. Ini posisi sentral yang tak terbantahkan dan tak terkalahkan. Agama menjarkan kepada kita agar menaruh hormat, tunduk dan taat kepada mereka.

Allah adalah Zat Maha Pemberi. Nikmat yang diguyurkan kepada hambaNya tidak terhitung. Waintaudu nikmatallahi latuhsuha (jika engkau akan menghitung nikmat Allah mustahil bisa menghitungnya karena terlalu banyak).
(Sumber gambar:ervakurniawan.files.wordpress.com)

Senin, 11 Januari 2016


(Sumber gambar : ummuyasir.files.wordpress.com)

Ali bin Abi Tholib mengatakan, kita jangan menjadi mayat berjalan atau mayat hidup. Yaitu pribadi yang tidak diperhitungkan oleh orang lain. Hidupnya tidak memberi arti apa-apa. Keberadaan kita tidak punya makna. Orang seperti ini sering dianggap sebagai parasit dalam kehidupan.

Kamis, 07 Januari 2016





(Sumber foto: belajarfoto.file.wordpress.blogspot.com)

Shalat merupakan inti dari isro’ dan mi’roj. Bagi yang mengerjakannya, shalat merupakan kebutuhan bukan beban.





(Sumber foto: oke.watch.com)
Saya kira pembaca sepakat bahwa waktu adalah salah satu bagian dalam hidup yang tidak dapat kita putar balik, tidak dapat berulang, dan tidak dapat berhenti. Karenanya kita harus menggunakannya dengan sebaik-baiknya agar waktu yang berjalan tidak terbuang sia-sia.

Rabu, 06 Januari 2016


Dalam suatu kesempatan di sebuah majelis. Nabi Muhammad Saw bertanya kepada para sahabat dengan pertanyaan yang sangat menarik
“Apakah kalian ingin tahu calon penghuni surga?,tanya beliau.

Betul, ya Rasulullah, kami ingin mengetahuinya, jawab mereka.

Sebentar lagi orangnya datang kemari, kata Nabi.

Tidak lama berselang, datang seseorang dengan wajah basah karena air wudlu. Setelah mengucapkan salam, tamu tadi langsung duduk. Tidak ada keistimewaan yang dilakukan. Dia pun lantas keluar dari majelis, pulang.
 

Sifat sopan menunjukkan kebersihan jiwa (sumber gambar: 4.bp.blogspot.com)




Minggu, 03 Januari 2016




Husnul Khotimah
Kata husnul khotimah, sering kita dengar. Iya, sering kita dengar. Bahkan kata tersebut sudah menjadi bahasa Indonesia. Arti kata ini adalah, ‘akhir yang baik’. Kalau dikaitkan dengan kehidupan, maka bermakna akhir hidup yang baik.

Jujur saja, semua orang ingin mengkahiri hidupnya husnul khotimah. Sebab dalam pandangan agama, orang yanag “menutup” kehidupan dengan baik, tanda dia akan mendapat “penghormatan” luar biasa di alam abadi. Tetapi tidak setiap orang dapat menggapainya. Tergantung perilaku kesehariannya.

Sabtu, 02 Januari 2016



Nabi Saw adalah teladan terbaik. Lihat kalau Nabi beribadah, semua orang mengakui beliau merupakan sosok pribadi yang paling “jago” ibadahnya. Lihat kalau shalat, beliau benar-benar fokus sehingga dapat melaksanakannya dengan tenang (tumakninah), tidak keburu-buru, disiplin, dan selalu di awal waktu. Padahal antara Nabi dengan kita sama-sama mempunyai waktu 24 jam. Dan, kesibukan beliau sebagai pemimpin umat melebihi  kesibukan kita. Toh Nabi bisa mengamalkan ibadah dengan sempurna.
Dalam berdakwah memperbaiki peradaban umat manusia, Nabi dikenal sangat sukses. Hasil penelitian tokoh non Muslim terhadap 100 tokoh-tokoh besar dunia  dunia, Nabi SAW ditempatkan pada urutan pertama sebagai orang paling sukses mengubah peradaban manusia. Dalam kurun waktu 23 tahun berjuang, manusia jahiliyah diubah sehingga menjadi seperti sekarang ini

Kisah-kisah.com
.
Bagaimana Nabi memanfaatkan waktu istirahat? Beliau benar-benar menerapkan ketentuan Allah SWT yang menegaskan bahwa siang untuk bekerja, malam untuk istirahat. Keteraturan ini menyebabkan fisik beliau selalu segar dan sehat. Selama hidupnya hanya sekali sakit, itu pun sakit ringan. Kecerdikannya memenej waktu menjadikan nabi bisa istirahat secara cukup, dan semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik tidak terbengkalai, disiplin dan tertib. 

POlisi lalu lintas yang berjiwa malaikat (hardono.melesat.com)

Coba lihat, orang yang berjiwa malaikat. Yaitu orang yang baik hati, suka berbuat baik, tidak suka mengganggu orang lain, dst. Dia pasti disenangi orang. Performencenya memikat hati. Mereka gampang mendapat simpati. kehadirannya selalu dirindukan. Hadirnya menjadi pemberi solusi, tidak menjadi beban bagi orang lain, serta suka kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas.

Semua orang menerima kehadirannya dengan baik meski beda agama, suku, organisasi, partai, bangsa, dan strata sosial, dll. Dia menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, dan menggetarkan jiwa.

Mereka adalah manusia terpilih. Keberadaannya tersebar di mana-mana. Mungkin sebagai pekerja sosial, agamawan, guru, polisi, wartawan, politisi, TNI, tenaga medis, pemulung, dsb. Meski berbeda latar belakang punya kesamaan kemauan: menebar kebaikan di tengah kehidupan.

Berkarya tanpa mengenal lelah. Keringatnya berguna bagi orang lain. Impiannya jauh ke depan. Kata-katanya mendalam, wawasannya luas, mengena pada sasaran dan gerak-geriknya banyak ditiru orang.

Diamnya mengandung tanya. Sikapnya selalu ditafsiri secara positif. Ucapannya dicatat dalam lembaran hati pendengarnya. Senyumnya punya seribu makna, tertawanya mendorong orang lain ikut bahagia. Telunjuknya bukan untuk memerintah sebab tanpa disuruh orang lain sudah melakukannya.

Kapan pun, di mana pun dan dalam situasi dan keadaan bagaimanapun selalu menebar kebaikan. Siang berkeringat banting tulang, malam sibuk mendekat kepada Allah. Lisannya sibuk zikir, lisannya sibuk komat-kamit mendoakan orang lain. Hatinya memantulkan harapan bagi orang yang bersedih. Jauh dari pandangan sinis. Pendengarannya cerdas sehingga bisa membedakan mana kalimat yang baik dan berkwalitas dan mana kalimat tak berkwalitas dan “sampah”.

Manusia hebat seperti ini, kadang ada di masjid, di gubuk kecil, di penjara, di kolong jembatan, atau tempat lain. Mungkin saja dia berada di kompleks pelacuran namun selalu sibuk memberi nasehat agar para WTS segera keluar dan meninggalkan profesinya. Mereka selalu menambah kebaikan. Tak peduli orang lain mengecamnya. Biar anjing menggonggong kafilah tetap berlalu…

Dia tidak terjebak pada pujian, karena tahu pujian itu sifatnya semu dan tak lebih dari sekadar “lipstik” belaka. Dihindari debat dengan orang lain, hanya buang-buang energi. Dibersihkan hatinya dari “penyakit” sombong agar terhindar dari perasaan bahwa hanya dirinya orang hebat. Sikap yang benar adalah muncul pengakuan bahwa dirinya belum apa-apa dan bukan siapa-siapa. Semakin diuji semakin dekat denganNya. Semakin banyak dipuji semakin merunduk.

Melihat orang lain yang menderita, muncul rasa iba di hatinya, sebagaimana dia melihat dirinya sendiri. Kalau ada orang tersesat berupaya menyelamatkannya. Kata-katanya tersaring ketat sehingga ucapannya tidak vulgar dan menyakitkan.

Semua kata dikemas dengan baik. Misalnya kalau melihat ada orang “gila”, dia tidak menyebut sebagai orang gila, melainkan orang yang “tidak berdosa”. Kalau ada WTS seliweran dia tidak membencinya, melainkan ingat kisah WTS yang masuk sorga gara-gara hatinya mulia, turun ke sumur mengambil air untuk diberikan kepada seekor anjing yang sedang kehausan air sehingga tidak jadi mati.

Pertanyaan kita adalah: bagaimana dengan diri kita? Apakah hati ini penuh ambisi duniawiyah, atau dikuasai bisikan malaikat yang mendorong kita selalu menebar kebaikan? Adakah secercah 

harapan untuk mengubah hidup sehingga menjadi orang yang dirindukan dan disenangi orang lain. Semoga, bertambahnya umur bertambah semangat baru dalam menggelorakan bisikan malaikat dalam setiap jiwa. 

*) Dikutip dari buku kaya penulis berjudul: Manusia Berjiwa Malaikat

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

The Power Of Love (POL) Training Center

Training The Power Of Love (POL) memberi pelatihan untuk menajamkan rasa cinta keluarga menuju keluarga Sakinah, Mawaddah wa rahmah. Selain itu, POL juga melayani berbagai mccam pelatihan. Antra lain: (1). Pelatihan Parenting (2). Pelatihan motivasi bagi kaum ibu rumah tangga, karyawan. (3). Pelatihan pengayaan spiritual bagi guru (4). Pelatihan untuk komunitas kaum ibu yang merindukan ketenangan jiwa, keluarga yang mendambakan terbangunya keluarga yang harmonis sebagaimana disyariahkan dalam Islam. Kontribusi pelatihan bisa dibicarakan dengan manajemen melalui kontak 085331437757. atau email suharyo.opini@gmail.com

Pelatihan Menulis

Menulis, perlu dilatih. Baik mahasiswa, ibu rumah tangga, dan terlebih para guru yang diantara ketentuan sertifikasi guru mewajibkan mereka menulis karya ilmiah atau PTK. Kami siap memberi pendampingan bagi penulis pemula sampai bisa menulis, bahkan menulis buku juga. Semoga upaya ini membawa manfaat. Tim kami yang sudah menulis banyak buku siap berbagi pengalaman. Bisa kontak kami di 085331437757

Majalah Edisi Depan

Majalah Edisi Depan
Salah satu produk dari The Power Of Love adalah Majalah keluarga muslim Sakinah. Majalah ini terbit bulanan. Kini edisi Maret 2016, telah beredar. Bagi yang ingin berlngganan harga Jawa Rp 12.000 dan luar Jawa Rp 15.000 plus ongkir

Popular Posts

Bursa Buku

Buku Karya SUHARYO AP (1). Jiwa Yang Damai, 342 halaman, harga Rp 60.000.

(2). Membiasakan positive thingking Rp 30.000

(3). Jika hati intim dengan Allah Rp. 30.000

(4). 5 peran istri sholihah Rp. 35.000

(5). Tombo Ati Dunia Maya Rp.30.000

(6). Suasana Surga di Rumah Rp. 30.000

(7). Sentuhan lembut orang tua Rp 25.000

(8). Manusia Berjiwa Malaikat, 260 halaman, harga Rp 50.000

(9). Nak.... Aku Menyayangimu, Rp 25.000

Info Terbaru

Telah terbit majalah ilmiah bagi guru yang ingin mendapat kredit point. Majalah bernama "Menara Pendidikan", tiap tiga bulan sekali.

Bagi yang ingin mengirim naskah, bisa menghubungi 085331437757...

Info Pelatihan

Info Pelatihan
Pelatihan mahasiswa AKPER